Ditambah lagi dengan kebutuhan pendukung walaupun tidak harus ada yaitu sekunder dan tersier. Ada juga golongan yang “mewah”, misal memiliki rumah mewah, mobil, baju, makanan wah, sarana telekomunikasi terbaru, rekreasi, dan lain-lain.
Bagimana Islam memandang itu semua? Allah dan Rasul-Nya tidak melarang hamba-Nya untuk menjadi orang kaya dan berkecukupan. Seandainya kekayaan dan hartanya digunakan untuk beramal, bekal ke akhirat, dan mencari rida Allah maka hal itulah yang lebih dikendaki, daripada hidup kekurangan dan jauh dari agama.
Dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan: “Dan carilah (pahala)negeri Akhirat dengan apayang telah dianugerahkanAllah kepadamu, tetapijanganlah kamu lupakanbagianmu di dunia, danberbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimanaAllah telah berbuat baikkepadamu, dan janganlahkamu berbuat kerusakan dibumi. Sungguh, Allah tidakmenyukai orang yangberbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash/28:77)
Negeri akhirat adalah ujuan utama, sedangkan negeri dunia adalah tempat pencarian bekal menuju akhirat. Untuk menuju negeri yang kekal dan abadi tentulah diperlukan bekal yang cukup. Harta sebagai perbekalan menuju akhirat, bukanlah sebagai media untuk pamer kehidupan di dunia dan bukanlah tujuan utama.
Orang muslim yang lebih kaya akan memiliki kesempatan lebih untuk berinfak, beramal saleh dengan mengeluarkan harta di jalan Allah. Orang yang memiliki kelebihan harta, secara umum suaranya lebih didengar oleh orang banyak bila dibanding dengan orang miskin.
Memang terasa Menyakitkan kedengarannya oleh kita semua. Bukankah Allah SWT tidak melihat kepada harta dan bentuk fisik seorang hamba? Bukankah Allah akan melihat ketakwaan seseorang? Dalam kacamata ruh religiusitas tingkat tinggi adalah betul. Allah melihat ketakwaan seseorang. Bukan yang lain.
Dalam kehidupan nyata, masyarakat yang plural dan beraneka ragam, tidak semuanya ahli ibadah dan ahli ilmu, tidak semuanya mengerti dan memahami Alquran. Sehingga pendapat orang kebanyakan masih perlu kita pikirkan untuk kemajuan dakwah.
Dalam Alquran juga disebutkan doa kebaikan dunia dan akhirat yaitu, “YaTuhan Kami, berilah kamikebaikan di dunia dankebaikan di akhirat danlindungilah kami dari siksaapi neraka.” (QS Albaqarah/2: 201).
Kebaikan dunia bisa bermakna terjauh dari fitnah, fitnah penyakit, fitnah ekonomi karena miskin, fitnah harga diri, dan lain-lain. Sehingga layaklah bagi kita memohon kepada Allah agar mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Untuk mencapai kekayaan dan kesuksesan yang diridai Allah SWT, tentulah tidak diperoleh dengan cara santai dan bermalas-malas. Rasulullah SAW sudah memberi contoh dan teladan yang baik, yaitu dengan bekerja keras, belajar cerdas, jujur, rajin, ulet, pemberani, dan tidak gengsi. Pada usia remaja, tanpa rasa malu, beliau menjadi penggembala kambing. Pada usia sekitar 25 tahun beliau membawakan dagangan milik saudagar yang kaya yaitu Khadijah dan membawakan dagangannya ke luar daerah.
Berkat kejujuran beliau, laba yang diperoleh lebih banyak. Sehingga amat senanglah hati Khadijah waktu itu. Disiplin diri juga ikut menjadi daya dukung kesuksesan seseorang. Untuk melihat kedisiplinan seseorang, maka cukuplah bisa dilihat bagaimana kedisiplinan seseorang dalam menjalani rutinitas ibadah salat jemaahnya.
Jalan yang lain untuk menggapai kesuksesan adalah dengan bersilaturahmi dan saling berkunjung sesama umat. Dengan bersilaturrahmi akan memperpanjang umur dan lebih memperoleh keluasan rizki dari arah yang tidak disangkasangka. Bersyukur dan berinfak. Orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya dan orang yang kufur sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih. Orang yang berinfak di jalan Allah justru akan bertambah berkali-kali lipat.
Allah SWT memberi gambaran tentang orang yang berinfak, “Perumpamaan orang yangmenginfakkan hartanya dijalan Allah seperti sebutirbiji yang menumbuhkantujuh tangkai, pada setiaptangkai ada seratus biji.Allah melipatgandakanbagi siapa yang Diakehendaki, dan Allah mahaluas, Maha Mengetahui.”(QS Al Baqarah; 261).
Dalam QS Al Jumu’ah ayat 10 ditegaskan, salatlah terlebih dahulu baru kemudian mencari karunia dan rizki Allah.
“Apabilasalat telah dilaksanakan,maka bertebaranlah kamudi muka bumi. Carilahkarunia Allah dan ingatlahAllah banyak-banyak agarkamu beruntung.” (QS AlJumu’ah/62:10).
Jalan takwa merupakan jalan yang penuh jaminan akan rizki Allah SWT dan solusi dari problematika hidup.
Allah menjamin dalam firman-Nya, “Barangsiapa bertakwa kepadaAllah niscaya Dia akanmembukakan jalan keluarbaginya. Dan Dia memberinyarizki dari arah yangtidak disangka-sangkanya.”(QS Ath Thalaq/65:2-3).
Ini adalah janji Allah, serta janji Allah pastilah ditepati. Maka tidaklah layak bagi kaum muslimin untuk bersedih karena masalah rizki dan ekonomi. Bismillah. kita berdoa kepada Allah SWT semoga kita dijadikan sebagai hamba yang beruntung, hamba yang berkecukupan serta hamba yang bahagia di dunia dan akhirat. Amiin.