Idola yang baik adalah yang bisa memengaruhi dan memotivasi positif terhadap pengagumnya (fans-nya). Sudah menjadi idealnya bagi kaum muslimin untuk menaruh idola pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Menjadikan nabi sebagai rujukan dan contoh yang baik dalam segala kehidupan. Kaitan dengan seseorang yang bisa dijadikan contoh dan panutan, Allah SWT berfirman: “Sungguh telahada Suri Tauladan yangbaik pada diri RasulullahSAW bagimu, yaitu bagiorang yang mengharaprahmat Allah dan(kedatangan) hari kiamatdan yang banyakmengingat Allah” (QS AlAhzab/33: 21).
Dengan peringatan Maulid Nabi (hari kelahiran Nabi Muhammad SAW), 12 Rabi’ul Awwal 1435 H, merupakan saat yang tepat bagi kita untuk berefleksi diri, kepada siapa kita mencontoh, kepada siapa kita meniru kepribadian seseorang. Apakah kepada orang yang tepat di dunia dan bahkan sampai akhirat yaitu Nabi Muhammad SAW atau justru kepada orang lain yang jauh dari ibadah kepada Allah? Bagi kita yang masih mengidolakan selain nabi pada urutan pertama tentulah sebelum terlambat perlu menggeser untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola pada urutan pertama. Karena sebagaimana idola yang positif, idola yang negatif juga akan membawa ke arah karakter dan pembawaan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Seluruh kehidupan Nabi SAW, bisa dijadikan pelajaran dan ibrah bagi kehidupan manusia. Beliau bisa dijadikan contoh bagi semua kalangan, bagi hamba Allah, bisa juga dijadikan contoh dan teladan bagi anak-anak, seorang ayah, suami, pemimpin, hakim, ketua agama, kepala negara, pemimpin pasukan perang, pedagang, guru, bahkan sampai seorang penggembala, dan lainlain. Seluruh kehidupan beliau adalah uswatunkhasanah, contoh yang baik, patut ditiru , dan diteladani oleh setiap orang Islam bahkan orang non Islam sekalipun, baik lakilaki maupun perempuan, kanak-kanak maupun orang dewasa, kaya maupun miskin, dalam keadaan ramai maupun sedang sendirian.
Untuk lebih bisa menghayati dan lebih menginternalisasikan sikap, sifat, dan segala hal yang positif beliau pada diri kita perlu terus mempelajari kehidupan beliau sehari-hari. Bagaimana keramahan beliau pada sesama umat, kedermawanan beliau, dan kasih sayangnya terhadap anak kecil bahkan bagaimana beliau bersikap kepada orang yang membencinya dan musuhnya sekalipun.
Beberapa contoh yang bisa dijadikan teladan antara lain, bahwasanya beliau pada masa remaja dengan tidak malu-malu biasa menggembala kambing di kalangan bani Sa’d dan di Mekkah. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau pergi berdagang ke Syam menjalankan barang dagangan milik saudagar yang kaya raya dan terpandang yaitu Khadijah. Yang karena kejujuran dan kemuliaan akhlak Muhammad waktu itu (belum menjadi nabi), alhasil dagangannya mendapat keuntungan yang lebih melimpah dari biasanya.
Ketika kita tarik perikehidupan beliau ke zaman sekarang, maka sangatlah tepat bagi kaum muda dan seluruh elemen muslimin mengikuti langkah beliau yang tidak malu dan tidak gengsi untuk terus bekerja, berkarya dan menjadi pedagang yang penting halal dan barakah. Dalam konteks ketenegakerjaan maka juga tepat bagi para generasi yang belum bekerja (pengangguran) untuk tidak bermalasmalasan dan terus berusaha. Jadilah entrepreneurmuslim yang mandiri, jujur, suka menolong, dan pantang menyerah.
Bahkan barangsiapa yang taat dan mengikuti Rasulullah (Muhammad) maka sesungguhnya dia sejatinya sudah menaati Allah SWT. Allah mengatakan, mengenai hal ini dalam firmanNya, “Barangsiapa menaatiRasul (Muhammad),maka sesungguhnya diatelah menaati Allah. Danbarangsiapa berpaling(dari ketaatan itu) makaketahuilah Kami tidakmengutusmu(Muhammad) untukmenjadi pemeliharamereka” (QS Annisa/4:80).
Untuk menjadi orang yang taat pada Rasulullah, tentulah mutlak diperlukan pengetahuan ilmu apa saja yang beliau ajarkan dan perintahkan bagi kaumnya dan hal-hal apa saja yang beliau cegah dan larang. Belajar agama, belajar Alquran, belajar hadis nabi adalah hal yang mutlak dan tidak boleh ditawar lagi bagi kaum muslimin yang ingin menjadi Islam yang kaafah (sempurna).
Hal yang menyedihkan adalah banyak generasi muda muslim yang belum atau tidak mengenal siapa sebenarnya Muhammad Rasulullah itu. Sehingga bagaimana mau mengidolakan dan mencontohnya. Perilaku sosial negatif seperti minuman keras, perjudian, perzinaan, pencurian, korupsi, dan sejenisnya adalah akibat dari kurang mencontohnya kita terhadap perilaku Rasulullah. Kita secara tak sadar sudah terhipnotis dengan membaca media yang kita lihat atau kita baca. Yang notabene-nya bayak dari tontonan yang kita lihat, segi negatifnya lebih banyak dari positifnya.
Maka majelis-majelisilmu dan pengetahuan kajian keislaman dan sejarah nabi perlu untuk kita galakkan terus. Jadilah muslim yang mengenal nabinya sendiri, yang menjadi panutan bersama. Yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Terakhir, momen peringatan maulid nabi kita jadikan refleksi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan semakin menjadikan Rasulullah SAW sebagai sebaik-baik contoh dalam kehidupan sehari-hari. (*)