Penyebab Utama Bergolaknya Gunung Slamet

Penyebab Utama Bergolaknya Gunung Slamet
Gunung Slamet menunjukkan tanda-tanda keaktifannya. Tekanan gas yang menguat diiringi suara dentuman yang makin lama kian keras, dan intensitas semburan lava pijar terjadi dalam 1 pekan terakhir ini. Bergolaknya Slamet diduga akibat terbukanya kubah lava yang terbentuk pada 2004 lalu. 

Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Syahrazad Dahlan mengakui, dalam dua hari terakhir ini terlihat lontaran material pijar dan sinar api yang semakin tinggi. 

"Lontaran material pijar dan sinar api mencapai 500 meter atau lebih tinggi dari waktu-waktu sebelumnya yang rata-rata mencapai 300 meter," kata Syahrazad di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (9/09/2014).

Dia mengatakan, selain lontaran material pijar yang kian tinggi, suara dentuman dan gemuruh juga terdengar lebih kencang. 

"Peningkatan aktivitas ini, di antaranya akibat tekanan yang semakin kuat. Kami memperkirakan, kuatnya tekanan gas karena kubah lava sudah mulai terbuka," tutur dia.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Pemalang, Jateng, diketahui, embusan asap putih tebal dengan ketinggian 100-400 meter terlihat mulai jam 00.00-6.00 WIB. Lontaran sinar api juga terlihat sebanyak 83 kali dengan ketinggian 50-500 meter dan 46 kali lontaran lava pijar dengan ketinggian 200-400 meter. 

Suara dentuman dengan intensitas sedang hingga kuat disertai suara gemuruh juga terdengar sebanyak 45 kali dan 7 kali. Sementara tremor pun masih berlangsung terus-menerus dan gempa hembusan tercatat 26 kali.

Pada pukul 06.00-12.00 WIB saja terlihat asap putih tebal setinggi 50-300 meter, dengan 13 kali suara dentuman, dan 9 kali suara gemuruh. Gempa tremor juga masih terus-menerus terjadi dengan amplitudo 3-40 milimeter (mm), dominan pada 15 mm. Sedangkan gempa embusan tercatat 45 kali dengan amplitudo 5-42 mm.

Dari pengamatan Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Banyumas di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Pancuran Tujuh dan Pancuran Tiga, kawasan Baturaden, suhu kawasan itu relatif normal.

"Suhu di mata air panas Pancuran Tujuh mencapai 51,8 derajat Celcius atau hampir sama dengan hari biasa. Sedangkan suhu di Pancuran Tiga yang biasanya 45 derajat Celcius, mengalami peningkatan sedikit menjadi 46,6 derajat Celcius," jelas Kepala Seksi Geologi Dinas ESDM Banyumas Dwi Cahya Ningrat.

"Kalau Gunung Slamet statusnya aktif normal, maka pengukuran suhu hanya dilakukan sekali dalam sebulan. Tetapi karena statusnya siaga, maka pengukuran suhu dua kali dalam sepekan," tandas Dwi. 

Suara dentuman Gunung Slamet pada Kamis (11/9), makin sering didengar warga Kota Purwokerto. Kerasnya suara yang ditimbulkan membuat warga cemas. Tidak hanya terdengar sekali atau dua kali, namun beberapa kali.

''Aduh, ini bagaimana Gunung Slamet, mas? Nggak ada apa-apa to?,'' kata Rumiarti (45), seorang warga Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja, yang sedang berada di Karanglewas Kecamatan Purwokerto Utara. 

Dia mengaku selama setengah hari berada di Karanglewas, dia mendengat suara keras dari Gunung Slamet sedikitnya 6 kali. Bahkan kadang, suara tersebut membuat kaca rumah-rumah warga bergetar. Shandi (29 tahun), seorang warga Grendeng yang sedang bersama teman-temannya di obyek wisata Baturraden, juga mendengar suara dentuman dan gemuruh yang ditimbulkan dari Gunung Slamet, cukup keras.
''Pengunjung byek wisata Baturraden sampai sepi. Mungkin karena pengunjung yang tadinya sempat datang, memilih kembali pulang karena suara dentuman dari Gunung Slamet terdengar cukup keras,'' jelasnya.   

Suara keras ini, bahkan sempat menyebabkan penghuni komplek perumahan Purwosari Kecamatan Purwokerto Utara, keluar rumah. Mereka saling bertanya satu dengan lainnya, mengenai kondisi Gunung Slamet yang dentumannya terdengar sampai ke perumahan mereka. ''Saya kaget dan bingung karena suara  dentumannya sangat keras,'' kata Atik (49 tahun).

Lanjutkan dengan membaca artikel berikut :