Aktivitas Gunung Slamet yang meningkat dalam beberapa hari terakhir membuat dua harimau turun dari hutan di sekitar gunung di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sebelumnya, warga Kabupaten Tegal melihat babi hutan turun dari lereng Gunung Slamet.
Salah seorang warga Desa Dukuhbenda, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, mengaku telah melihat babi hutan turun dari hutan di lereng Gunung Slamet. “Warga yang melihat anjing dan babi hutan itu namanya Rudi,” kata Makmun, Kepala Desa Begawat, Kecamatan Bumijawa, kepada Tempo pada Rabu petang, 10 September 2014.
Makmun menuturkan, Rudi melihat dua babi hutan itu melintas di kebun teh yang berada di perbatasan Desa Dukuhbenda dan Begawat. Kebetulan kebun teh itu dikelola ayah Makmun. “Saat itu, Rudi sedang mencari rumput untuk pakan ternak. Selain babi hutan, dia mengaku melihat anjing hutan,” ujar Makmun.
Ketakutan melihat dua ekor babi hutan, Makmun berujar, Rudi lantas lari terbirit-birit. Pemuda itu menceritakan pengalamannya kepada Makmun saat bertemu di Jalan Desa Dukuhbenda pada Selasa malam, 9 September.
Desa Dukuhbenda dan Begawat berada di sebelah barat puncak Gunung Slamet. Jarak kedua desa itu dari puncak Gunung Slamet sekitar 12-15 kilometer. Tiap malam, warga di kedua desa itu sering berkumpul di jalan untuk menyaksikan lava pijar dari kawah gunung tertinggi di Jawa Tengah tersebut.
Menurut Makmun, selama ini tidak pernah ada babi dan anjing liar dari hutan yang turun sampai ke sawah dan kebun milik warga. “Jarak desa kami cukup jauh dari hutan. Ada kemungkinan hewan itu turun karena hawa di hutan mulai panas,” ujarnya.
Kendati kabar ihwal turunnya babi dan anjing hutan itu sudah merebak di Desa Dukuhbenda dan Begawat, Makmun menambahkan, warga di dua desa masih tenang. “Turunnya babi hutan itu biasanya pertanda gunung akan meletus. Tapi warga di sini masih tetap tenang,” katanya.
Pengamat Gunung Api di Pos Pengamatan Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi, mengatakan status Gunung Slamet hingga kini masih siaga atau dua level di atas normal. “Kami mengimbau warga agar tetap tenang dan jangan beraktivitas di radius 4 kilometer dari puncak,” kata Sukedi.
Dari pengamatan di Pos Gambuhan, Sukedi mengatakan, aktivitas vulkanis Gunung Slamet masih cukup tinggi. “Suara dentuman masih sering terdengar. Dari pukul 00.00 sampai 06.00 terjadi 76 kali lontaran lava pijar dengan ketinggian 50-300 meter. Sinar api terlihat 148 kali dengan ketinggian 100-300 meter,” ujarnya.
"Saya dapat laporan dari warga, ada dua harimau hitam (macan kumbang) di kawasan Perhutani pada Rabu lalu," ujar Kepala Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sugondo, Kamis, 11 September 2014.
Sugondo mengatakan dentuman keras Gunung Slamet dan luncuran lava pijar dari puncak gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu semakin sering terjadi dalam pekan ini. Meski tetap beraktivitas seperti biasa, sebagian warga dari 393 kepala keluarga (KK) di Jurangmangu kini mulai waswas.
Apalagi ada kabar tentang turunnya macan kumbang dari lereng Gunung Slamet. Pernyataan senada ihwal keberadaan dua macan kumbang di kawasan Perhutani yang berjarak sekitar dua kilometer dari permukiman Desa Jurangmangu itu juga dilontarkan Kepala Kepolisian Sektor Pulosari Ajun Komisaris Amin Mezi. "Memang ada macan kumbang yang mulai turun dari hutan," katanya.
Status Gunung Slamet naik dari waspada menjadi siaga pada 12 Agustus lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, aktivitas Slamet semakin meningkat.