Dalam hal berpakaian misalnya, ini ada kaitannya dengan ibadah Hablumminallah, ketika sedang ibadah salat ataupun haji harus menutup auratnya. Tetapi juga berkaitan dengan sesama manusia. Ketika kita bergaul dengan sesama, tentunya kita malu ketika kita bertelanjang dan membuka aurat. Allah SWT mensyariatkan kepada hambaNya untuk menutup aurat, ketika sedang berhubungan denganNya ataupun ketika sedang berhubungan dan bergaul dengan sesama manusia. Jadi menutup aurat tidak hanya ketika sedang salat saja, tetapi ketika sedang bergaul dengan sesama manusia khususnya dengan lawan jenis yang bukan mahram (saudara sedarah yang haram dinikahi).
Pakaian adalah kebutuhan primer bagi setiap orang dalam segala situasi dan kondisi. Pepatah Jawa mengatakan “Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana”. Kualitas dan kehormatan diri karena sesuatu yang kita ucapkan lewat mulut kita dan kehormatan diri juga karena bagus dan sopannya pakaian yang kita kenakan. Di samping sebagai kebutuhan yang harus kita pakai untuk melindungi badan dari sengatan matahari di siang hari, untuk melindungi tubuh dari dinginnya cuaca dan malam hari, pakaian juga berfungsi untuk memperindah dan memperelok diri.
Ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu berpakaian dalam rangka menunaikan kewajiban kepada Allah SWT, berpakaian untuk ibadah. Jadi dunianya kena, akhiratnya juga kena. Inilah makna berpakaian untuk dunia akhirat. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman, “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu.Tetapi pakaian takwa (Libaasuttakwa) Itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat”. (QS Al A’raf/7: 26)
Dalam mengenakan pakaian dan perhiasannya, banyak tujuan dari si pemakai. Ada yang bertujuan hanya duniawi semata, untuk memamerkan kecantikan tubuh, ada juga yang untuk memamerkan perhiasannya atau memperlihatkan pakaiannya yang mahal. Alangkah idealnya kalau kaum muslimin berpakaian untuk tujuan ukhrowi. Karena barang siapa yang berniat untuk akhirat, dunianya juga dapat.
Di samping berpakaian untuk menutup tubuh juga diniatkan untuk ibadah, jadi bukan untuk pamer, riya, ataupun mengharap pujian orang. Pakaian bisa menunjukkan karakter atau sifat-sifat positif bagi pemakainya, seperti kemuliaan derajatnya, kewibawaanya, kesederhanaanya, dan sopan-santunnya terhadap orang lain. Pakaian dan aksesori (perhiasan) juga bisa menunjukkan hal-hal yang negatif bagi si pemakai.
Misalnya ada lelaki yang memakai anting, kalung, atau berambut panjang maka orang akan bisa berpandangan, laki-laki tersebut adalah laki-laki yang tidak baik dan kurang agamanya. Karena ciri-ciri tersebut adalah ciri khas wanita. Bukankah laki-laki dilarang menyerupai wanita, begitu pula sebaliknya wanita dilarang menyerupai laki-laki? Seandainya keadaan seperti itu muncul maka tunggulah hari kiamat tiba.
Batas aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut. Adapun batas aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Baik di dalam salat maupun di luar salat. Apalagi ketika kita menghadap Allah SWT, pakailah pakaian yang bagus dan lebih layak dari biasanya. Biasakan bagi laki-laki tidak mengenakan celana pendek yang kelihatan pahanya ketika keluar rumah. Begitu juga bagi kaum muslimah, untuk menutupi auratnya.
Banyak cara untuk menutupi aurat wanita sekarang ini, berbagai macam jenis jilbab dan kerudung sudah disiapkan sesuai dengan keinginan tanpa menanggalkan identitas kecantikannya. Bahkan sejatinya kecantikan badan itulah yang harus ditutup. Allah berfirman, “Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikan itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang”. (QS Al Ahzab/33: 59)
Kita lihat fakta yang ada dewasa ini, kaum muslimin tidak mengindahkan aturan dan akhlak berpakaian. Banyak remaja putri dan para ibu keluar rumah dengan mengumbar aurat tanpa mengenakan kerudung dan jilbab mereka. Dengan biasa dan santai, bahkan senang hati memakai pakaian ketat, celana pendek dan rok mini keluar rumah. Apakah tidak takut terhadap ancaman duniawi dan ukhrowi? Bukankah juga kita sering mendengar berita pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap kaum wanita? Apakah ini salah pria yang memperkosa wanita? Atau salah wanita yang memancing laki-laki untuk berbuat jahil dan tidak senonoh dan tidak menuruti perintah Allah serta syariat Agama? Atau salah keduanya yang tidak mau belajar Islam dan berusaha mempraktikkannya? Na’udzubillahi min dzalik.
Solusi yang ada adalah hendaklah kita takut terhadap Allah, taat terhadap perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dalam hal apapun, termasuk dalam hal berpakaian dan menutup aurat. Wahai para wanita kita tutup aurat kita. Kaum pria, kita jaga pandangan kita dari memandang kemaksiatan, Para orang tua, kita ajak anak generasi kita untuk menjaga diri dari siksa api neraka. Kita ingat janji Allah yang akan melindungi dan memberi jaminan keselamatan bagi hambaNya yang taat. Bismillah! (*)