Aksi Gunung Slamet Goyang Rumah Warga

Getaran Letusan Gunung Slamet Goyang Rumah Warga
Aktivitas dentuman Gunung Slamet terus terdengar sejak Rabu (10/9) malam hingga Kamis (11/9) sore. Aktivitas tersebut sempat menggetarkan rumah warga sehingga membuat panik mereka. Berdasar pantauan Radarmas, Kamis (11/9), banyak warga berbondong-bondong ke posko AJU di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang. 

Dengan ekpresi raut wajah panik, mereka mencari informasi perkembangan Gunung Slamet kepada petugas posko yang berjaga. Tak hanya itu, ada juga warga yang rela duduk di teras rumah lantaran takut akan terjadi gempa yang dapat merobohkan rumah. “Suara dentumannya terdengar sangat keras jadi takut rumah saya roboh. Baru kali ini saya denger Gunung Slamet mengeluarkan suara sekeras itu,” kata Daritem, warga RT 3/4 Limpakuwus, Sumbang, Kamis (11/9). 

Rasidi, kakek berusia lebih dari 70 tahun, mengaku baru pernah mendengar suara dentuman Gunung Slamet sekeras ini. Dia menceritakan, semasa kecilnya memang pernah melihat aktivitas yang lebih mengerikan dari ini, namun saat itu hanya terlihat lelehan lava pijar saja di puncak dan menyebabkan hujan abu, sedangkan suara dentuman tidak terdengar. “Tahun 1965 juga pernah terdengar lebih keras bahkan lavanya hingga keluar. Bahkan sini sampai hujan abu dan tebalnya sekitar 1 cm, tapi belum pernah mengeluarkan suara sekeras kali ini,” kata Rasidi. 

Namun demikian, Rasidi mengaku tidak takut atas aktivitas yang terjadi saat ini. Pasalnya hal tersebut merupakan hal yang wajar terjadi pada gunung berapi. Apalagi saat ini, kata dia, belum ada tanda-tanda binatang turun dari gunung, sehingga masih terbilang aman. “Sudah biasa terjadi. Tapi kalau memang harus ngungsi juga kami siap,” jelas dia. 

Petugas Posko AJU, Adi Chandra mengatakan, berdasarkan informasi dari hasil pantauan di Posko Induk yang diperoleh dari Posko AJU Limpakuwus, Kamis (11/9), sejak pukul 09.45 sampai 15.02 WIB terdengar 26 kali suara dentuman dan gemuruh dengan intensitas sedang hingga kuat, sementara yang terdengar sampai Purwokerto ada 18 kali dentuman. “Dentuman itu hingga menggetarkan rumah warga, banyak warga yang panik dan keluar rumah,” ujar Adi saat dikonfirmasi Radarmas dari Posko Induk, kemarin. 

Akibat dentuman tersebut, tak hanya warga lereng yang panik, namun sebagian warga di kota Purwokerto juga panik dan tak jarang yang keluar rumah lantaran takut akan terjadi gempa yang dapat merobohkan rumah. “Untuk meredam kepanikan warga, seluruh unsur muspika telah diterjunkan ke wilayah terdampak, seperti Sumbang, Baturraden dan Kedungbanteng,” jelas Adi. 

Sementara, informasi yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana dan Geologo (PVMBG), aktivitas Gunung Slamet cenderung meningkat. Hal ini dilihat dari jumlah dan energi kegempaan serta letusan yang terjadi beberapa hari terakhir. 

Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM, Surono mengatakan, dari hasil pantauan terakhir pada, Kamis (11/9), pukul 06.00-12.00 WIB teramati 9 kali erupsi abu tebal hitam kecoklatan dengan ketinggian 500-1000 meter, 5 kali lontaran material lava pijar tipe Strombolian dengan jarak luncur mencapai 1300 meter dan sudah membakar kawasan hutan atau semak belukar di sisi sebelah Timur yang berjarak 100-700 meter dari puncak. 

“Selain itu juga terdengar enam kali suara gemuruh dan sembilan kali suara dentuman dengan intensitas sedang hingga kuat,” kata Surono, kemarin. Sementara itu, dari hasil pengamatan menggunakan seismograf, kegempaan tercatat sebanyak 12 kali gempa letusan, 101 kali gempa hembusan dan 1 kali gempa tremor harmonik. 

“Kesimpulan status Gunung Slamet masih tetap Siaga (level III). Masyarakat diharapkan agar tidak beraktivitas dalam radius 4 km dari puncak. Sedangkan masyarakat di luar radius tersebut, agar tetap tenang dan lakukan aktivitas seperti biasa, walau sering terdengar erupsi Gunung Slamet berupa suara dentuman, gemuruh dan lontaran material pijar,” himbau Surono.

Lanjutkan dengan membaca artikel berikut :