Persiapan Piala Dunia Brasil 2014 Amburadul

iklan radar banyumas bagus gak ya?,radar iklan
Piala Dunia 2014 kurang satu setengah bulan. Brasil tengah sibuk-sibuknya menyiapkan diri sebagai host ajang olahraga terbesar itu. Bagaimana kondisi terakhir Negeri Samba tersebut dalam menyambut Piala Dunia?

SATU bulan sudah jarak antara ketika Jawa Pos pertama tiba di Bandara Internasional Galeao, Rio de Janeiro, dan kedatangan kedua di aeroporto yang sama Rabu lalu (26/3). Yang pertama melalui terminal kedatangan internasional, yang kedua di area domestik.

Tapi, “rerimbunan” kabel sepanjang selasar menuju tempat pengambilan bagasi di terminal kedatangan internasional seperti yang disaksikan Jawa Pos sebulan lalu ternyata juga terhampar di kedatangan domestik.Kabel berbagai warna berpilin-pilin di langit-langit setinggi sekitar 5 meter dari tanah tanpa plafon. Memang tak ada teknisi yang terlihat tengah bekerja.

Tapi, seberapa pun kerasnya Galeao agar terlihat normal, sulit untuk menghindar dari kesan bahwa bandara terluas di Brasil yang punya nama lain Antonio Carlos Jobim tersebut belum selesai sepenuhnya direnovasi.Kesan itu semakin kuat begitu Jawa Pos keluar dari pintu kedatangan domestik. Hingga lepas pukul 16.00, puluhan pekerja masih sibuk menggarap proyek di sebelah tempat parkir bus kota premium hingga jalan keluar bandara.

Dengan kondisi seperti itu saja, sesuai dengan laporan Biro Penerbangan Sipil Nasional (ANAC) Brasil, Bandara Galeao sudah termasuk yang tidak melanggar tenggat penyelesaian renovasi per Januari. Beda dengan Bandara Guarulhos di Sao Paulo yang baru selesai 87,8 persen dari target 92,2 persen.

Guarulhos dan Rio adalah dua bandara tersibuk di Brasil. Keduanya hampir pasti akan menjadi tempat arrival dan departure utama bagi mayoritas di antara 600 ribu suporter atau turis yang diperkirakan menyerbu Brasil di Piala Dunia 2014. Sebelum mendarat di Guarulhos, semua penumpang memang akan bisa jelas melihat jejak renovasi yang belum selesai tersebut. Persisnya dari jendela di sebelah kanan tempat landing pesawat.

Bandara kedua di Sao Paulo, Viracopos-Campinas, bernasib sama. Dari target penyelesaian 85,36 persen per Januari lalu, yang terselesaikan baru 81,9 persen. Satu bandara lainnya, Juscelino Kubitschek di Brasilia, baru terselesaikan 78,3 persen dari target 87,9 persen.

“Fasilitas bandara ini banyak ditambah untuk kenyamanan penumpang, tapi saya tidak tahu persis apakah sudah selesai semuanya,” kata Fernanda Hidalgo, staf maskapai Azul yang bertugas di Viracopos-Campinas.Viracopos kecil saja, satu terminal, seperti halnya Bandara Afonso Pena di Curitiba dan Bandara Cataras do Iguazu di Foz do Iguazu atau Santos Dumont, bandara kedua di Rio. Tapi, tempat tunggunya nyaman. Luas, berpendingian ruangan, dilengkapi internet gratis, serta stan minuman dan makanan ringan. Peran Viracopos penting: membantu mengurangi kepadatan di Guarulhos untuk jalur domestik.

Apalagi saat Piala Dunia 2014. Selama perhelatan sebulan tersebut, selain 600 ribu turis asing, diperkirakan 3 juta warga negeri tuan rumah akan bergerak dari satu kota-kota lainnya.Bahkan, dengan kekuatan penuh, maksudnya, semua bandara yang direnovasi telah selesai sepenuhnya, bakal terjadi kelebihan kapasitas penumpang sampai 50 persen. Kemungkinan itu sejatinya sudah dilaporkan Kementerian Olahraga Brasil jauh-jauh hari, pada 2011.

Tapi, toh keterlambatan, seperti juga yang terjadi pada enam stadion yang menjadi venue Piala Dunia 2014, tetap terjadi. Di luar tiga bandara tersebut, keterlambatan pembangunan terminal baru juga dilaporkan terjadi di dua kota penyelenggara ajang empat tahunan tersebut: Fortaleza dan Belo Horizonte.

Padahal, Fortaleza dan Belo Horizonte sama-sama kebagian menggelar enam pertandingan. Timnas Brasil akan sekali bermain di babak penyisihan grup melawan Meksiko di Fortaleza yang juga pasti akan membuat ibu kota Negara Bagian Ceara tersebut diserbu Brasileiro dan Brasileira dari berbagai penjuru. Satu di antara enam laga di Belo Horizonte adalah semifinal.

Jadi, potensi ibu kota Negara Bagian Minas Gerais tersebut untuk kebanjiran pengunjung juga sangat besar.Keterlambatan penyelesaian renovasi bandara itu semakin menampah panjang daftar kesemerawutan Brasil menyiapkan Piala Dunia 2014.

Memang kontraktor di Guarulhos, Viracopos, dan Juscelino Kubitschek berjanji menyelesaikan tanggung jawab mereka pada 11 Mei atau satu bulan sebelum Piala Dunia 2014. Tapi, janji serupa pernah terdengar dari Arena Corinthians di Sao Paulo dan Arena da Baixada di Curitiba. Nyatanya, dua stadion itu melanggar deadline penyelesaian.

Kondisi tak nyaman juga terjadi di Bandara Salgado Filho, Porto Alegre. Dari pusat kota, cukup dengan tiket metro seharga 1,70 reais (1 reais sekitar Rp 5 ribu), sampailah di aeroporto dengan dua terminal dalam 20 menit. Persoalan baru muncul sekeluar dari pintu metro. Kedua terminal berjarak sekitar 3 kilometer. Stasiun metro persis di tengah-tengahnya. Jadi, mana yang harus dituju oleh seorang calon penumpang yang mungkin belum familier dengan pemilahan terminal domestik dan internasional di bandara tersebut?

Tentu harus berjudi: memilih salah satu di antaranya. Tapi, repotnya, kalau salah memilih dan mesti berpindah terminal. Sebab, tak ada shuttle bus untuk mengantarkan penumpang dari terminal satu ke lainnya. Otomatis harus berjalan kaki yang sudah pasti sangat merepotkan untuk penumpang yang membawa banyak barang atau koper besar. Belum lagi jika sembari membawa anak kecil.

“Saya pernah dengar katanya akan segera ada shuttle bus di sini. Tapi, dari dulu ya cuma dengar saja, tak kunjung terealisasi,” kata Edelmar, warga setempat.
Begitulah. Seperti banyak janji soal transportasi yang dilontarkan Brasil dalam kaitan dengan status sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014, shuttle bus yang absen di Bandara Porto Alegre adalah salah satu yang belum ditepati.

Janji lain, misalnya jalur metro menuju Stadion Beira Rio, Porto Alegre, juga menguap. Seperti disaksikan Jawa Pos selama lima hari berada di ibu kota Negara Bagian Rio Grande do Sul itu, jalur yang dijanjikan tersebut masih berupa kerangka yang entah kapan selesainya.

Harus ditulis entah kapan selesainya karena saking banyaknya proyek infrastruktur terkait dengan Piala Dunia 2014 yang telat penyelesaiannya. Mulai pembangunan stadion baru, upgrade stadion lama, renovasi bandara, hingga pembenahan terminal bus.

Proyek terminal terintegrasi (bus antarkota, dalam kota, dan kereta api jarak pendek) Curitiba juga belum selesai digarap. Bangunan baru masih melompong dan backhoe serta puluhan orang masih bekerja di salah satu lokasi dekat pintu masuk terminal saat Jawa Pos meninggalkan ibu kota Negara Bagian Parana itu pekan lalu.

Alhasil, Terminal Curitiba, salah satu kota penyelenggara Piala Dunia 2014 dan kota keenam terbesar di Brasil dengan penduduk 2,3 juta jiwa, tidak berbeda jauh dengan terminal di Foz do Iguazu. Padahal, Foz do Iguazu adalah kota kecil dengan penduduk tak sampai 500 ribu jiwa.

Padahal, seiring mahalnya tiket penerbangan domestik di Brasil, banyak turis sepak bola pada Piala Dunia 2014 yang memilih transportasi darat. Tentu saja itu berarti bus karena Brasil tak memiliki layanan kereta api jarak jauh antarkota.

Lanjutkan dengan membaca artikel berikut :