Durian Angkat Kesejahteraan Warga Kampung Dirun

(BANJARNEGARA) -  Kampung Dirun semula hanyalah nama kampong biasa seperti halnya kampong-kampung lainnya. Namun semenjak durian dari kampong Dirun melegenda, nama kampong Dirun senantiasa dibicarakan kalangan penggemar durian saat musim durian tiba.

Menurut Ketua Festival Durian yang diselenggarakan, Trisno Winoto, Kamis (13/03) dirinya mengaku tidak tahu pasti kapan tepatnya durian menjadi tanaman primadona warga Kampung Dirun. Dirinya yang sejak kecil tinggal di Dirun hanya hapal mula-mula petani menanam tanaman salak pondoh, kemudian entah tahun berapa berganti tanam salak pondoh yang waktu itu sangat menguntungkan. Dan saat durian mulai mendatangkan untung yang lumayan, lanjutnya, ramai masyarakat menanammnya.

“Pastinya saya tidak tahu mas. Tapi kalau yang namanya durian dari semenjak saya belum lahir sudah ada di Dirun. Namun pohon durian waktu itu masih tumbuh liar di kebun. Belum seserius sekarang dalam merawatnya. Nah saat masyarakat mulai merasakan keuntungan yang lumayan dari pohon durian, pohon durian mulai ditanam dan dirawat dengan lebih serius” katanya.Durian yang merupakan tanaman tahunan, lanjutnya, akan mengalami masa panen di bulan Desember, Januari, Februari, dan Maret. Pada bulan-bulan tersebut, lanjutnya, kampong Dirun akan ramai didatangi pedagang dari luar.

“Para pedaganng yang dating ada yang berasal dari Yogyakarta, Wonosobo, Purbalingga, Purwokerto, Bandung, Sukabumi, Pekalongan, Tegal, Pemalang, dan kota-kota lainnya. Selain dibawa ke luar kota, warga juga menjual durian secara eceran” katanya. Semenjak durian menjadi primadona bagi warda Dirun, lanjutnya, perubahan kesejahteraan perlahan mulai Nampak di tengah masyarakat.

Hal ini bisa dilihat dari hampir semua rumah di Dirun sudah dibangun permanen.“Selain itu pertumbuhan jumlah warga yang memiliki kendaraan meningkat pesat. Pada 10 tahun lalu di dusun ini baru ada 3 kendaraan sekelas colt bak terbuka. Namun sekarang ini sudah ada 35 kendaraan colt bak terbuka di kampong ini” katanya.

 Kepala Desa Singamerta, Widarko, mengatakan luas desa Singamerta 199,272 ha dimana 121 ha merupakan tanah tegalan. Mayoritas penduduk bertani, terutama bertani buah-buahan terdiri dari Salak, Duren, Duku, Manggis dan Kayu-kayuan. Di seluruh desa, lanjutnya, salak masih menjadi sumber mata pencaharian pokok warga disusul durian. Namun khusus untuk kampong Dirun, lanjutnya, Durian menjadi andalan masyarakat kampong Dirun ini.

“Total pohon durian di desa Singamerta ada 30 ribu pohon. Dimana 5 ribu pohon diantaranya berada di Kampung Dirun” katanya. Terpisah, Wakil Bupati Drs. Hadi Supeno, M. Si., mengatakan apabila dikelola dengan serius durian dan hal yang berkaitan dengan durian bisa menghasilkan peluang ekonomi yang jauh lebih besar dari itu. Misalnya Kegiatan Festival Durian, lanjutnya, bila dikemas dengan professional bisa menjadi salah satu icon pariwisata di Banjarnegara.

“Saya memberi apresiasi yang bagus kepada panitia yang telah menyelenggarakan Festival Durian. Kegiatan bisa dikemas menjadi salah satu ikon pariwisata. Jadi lebih luas dari hanya sekedar kegiatan ekonomi” katanya.Sementara itu berkaita dengan pelaksanaanya, lanjutnya, saya harap pada kegiatan Festival mendatang dengan persiapan matang seperti masalah lelang, kita berani mengundang pengusaha dan pelaku pasar.

Namun sebagai kegiatan awal, lanjutnya, termasuk cukup baik. “Bila kegiatan ini akan berlanjut, saya pesan di kegiatan Festival ini perlu ditampilkan juga berbagai makanan olahan yang berbahan baku durian misalnya Lempong durian, Jenang durian, dan seterusnya” pungkasnya.

Lanjutkan dengan membaca artikel berikut :