Kajian PAI Dinilai Kurang Mendalam

PURWOKERTO – Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dinilai kurang mendalam dalam pengajarannya. Sehingga sekolah dituntut lebih kreatif dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih paham. Ketua Pimpinan Daerah Muhamadiyah Banyumas, Ibnu Hasan SAg MsI menuturkan, seperti materi syahadatain, ilmu falak, ilmu waris, hingga haji dirasa masih kurang mendalam.

Sehingga tidak jarang masyarakat masih bingung soal perbedaan hari raya dan Ramadan. Menurutnya, ini terjadi karena belum ada kesepakatan berapa derajat bulan di atas ufuk. “Untuk memperdalam ilmu falaq, kami ada tim pendidikan falak untuk pelatihan,” jelasnya di sela-sela pelaksanaan manasik haji siswa SMP/MTs Muhamadiyah di Alun-Alun Purwokerto, Sabtu (18/5).

 Manasik haji dilakukan untuk memantapkan kurikulum yang ada di sekolah, yakni ibadah haji. Setiap tahapannya seperti proses pelaksanaan ibadah haji. Dimulai dari perjalanan ke Mina pada 8 Dzulhijah, dilanjutkan ke arafah untuk wukuf pada 9 Dzulhijah. Hingga berakhir ke masjidil haram untuk tawaf dan Sai. “Karena materi haji di sekolah umumnya kurang mendalam.

Maka kita praktikkan agar siswa lebih mengerti,” imbuhnya. Sementara itu, Ketua Forum MKKS SMP/MTs Muhamadiyah Kabupaten Banyumas, Drs N Fredy Franmoko MPd menyebut, setidaknya 1.300 siswa terlibat dalam manasik haji. Jumlah ini berasal dari 10 sekolah Muhamadiyah.

Tahun depan rencananya akan melibatkan sekolah Muhammadiyah se Kabupaten Banyumas yang mencapai 20 SMP dan 5 MTs. “Ini menunjukkan bahwa materi ibadah haji tidak sekedar teori, tapi dipraktikkan,” katanya. (azz/sus)

Lanjutkan dengan membaca artikel berikut :