“Nama-nama tersebut diberikan oleh masing-masing pemilik berdasarkan cirri khas dari durian miliknya. Nama yang beda-beda tersebut menunjukan juga perbedaan varietas duriannya. Jadi dengan jumlah peserta 69 itu mengartikan ada 69 jenis varietas durian juga” katanya. Misalnya, lanjutnya, nama Durian Denan. Denan, lanjutnya, merupakan kependekan Nek disigar nGedene Tenanan yang dalam bahasa Indonesia mengartikan kalau dibuka durian Denan ini harus dilakukan dengan sekuat tenaga.
Durian Rita, kata Trisno, mengartikan Ri-nya Rata. Itu berarti, sambungnya, durian jensi ini memiliki duri dikulitnya Rata tidak tajam-tajam. “Nama durian unik pun ada seperti nama Durian KPK. Nama ini berarti jenis durian ini isinya Kandel Pulen Tur Kuning” katanya. Nama-nama durian unik lainnya seperti durian Godril, Botol, Si Manis, Wur Kok, Sidar, Sekar Sari, kawula Alit, Lebuh, Mangklung, Cringih, Dewuk, Mrasal, Bentut, Dokar, Sengkut, Pokil, Ponk She, Pondil, Ginak, Panggal, Sarinti, Blimbing, Bodong, Ceking, Bawuk, dan seterusnya. Kadang nama tersebut terdengar aneh dan terkesan semaunya sendiri, tapi paling tidak nama tersebut memiliki sejarahnya masing-masing.
“Barangkali saat pertama kali mendengar nama durian Bawuk orang akan tertawa kecil karena kesannya yang jorok. Padahal durian Bawuk ini merupakan pemenang nomor dua tingkat Jateng pada saat kegiatan Festival Durian di Tingkat Provinsi. Nama Bawuk sendiri berasal dari nama pemiliknya H. Bawuk” katanya. Kasi Holtikultura pada Dinas Pertanian Ir. Suparji menyebutkan nama-nama itu sekedar pemberian petani untuk memberi tanda.
Kalau untuk varietas, lanjutnya, di Banjarnegara ini ada lebih dari 200 varietas durian local. Beberapa diantaranya, lanjutnya, muncul menjadi durian local yang menjadi klangenan tidak saja warga Banjarnegara namun juga luar kota seperti nama durian Si Mimang, dari Kecmatan Madukara, dan Durian Kamun dari Bondolharjo, Kecamatan Wanadadi.
“Durian Si Mimang ini merupakan satu-satunya durian local yang pernah meraih juara dua tingkat Nasional. Si Mimang ini juga merupakan durian local yang sudah kita lepas. Seperti mematenkan durian. Artinya kalau ada orang lain mau mengambil bibitnya, harus seijin terlebih dahulu dari Pemkab. Kalaupun nanti ditemukan varietas sama di tempat lain dan terbukti bibitnya mengambil dari Banjarnegara akan disebut illegal” katanya.
Untuk dapat penilian dilepas ini, lanjutnya, dibutuhkan syarat tertentu yaitu paling tidak pohonnya sudah berusia tiga tahun, berbuah tiga kali dan rasanya tetap, dan seterusnya. Penilaian akan dilakukan oleh petugas pengawasan benih dari Balai Penelitian Buah di Sumatra yang akan datang langsung untuk menilai buahnya. Jadi tidak ringan. “Sebetulnya kita punya durian unggulan lain yaitu Kamun. Namun pemiliknya tidak berkenan untuk dilepas” katanya.
Wakil Bupati Drs. Hadi Supeno, M. Si., menyatakan Banjarnegara kaya akan varietas durian local. Tidak saja banyak, lanjutnya, namun rasa, bentuk, warna, kesan saat menikmati masing-masing durian juga berbeda-beda. “Ada yang manis, warna kuning, dengan biji tebal. Ada juga yang manis, warna kuning, dengan biji kecil. Ada pula yang rasanya pahit, legit, namun ada juga yang manis tapi ada pahitnya. Ada yang tipis, ada yang kandel. Silahkan saja bagi peminat durian pilih sesuai kesukaan” katanya setengah berpromosi.
Perbedaan wilayah dan perbedaan rasa, lanjutnya, ini melahirkan sensasi sendiri bagi penikmat durian. Bila dikelola dengan professional, lanjutnya, keuntungan yang lahir dari kekayaan alam Banjarnegara ini bisa diolah menjadi potensi pariwisata. “Bila ingin makan durian dengan rasa manis, legit, namun ada pahitnya sedikit maka penikmat durian silahkan berkunjung ke Madukara. Bila ingin menikmati rasa manis, punel, mantap, silahkan datang ke Wanadadi. Bila ingin menikmati rasa yang lain maka ke Singomerto, dan seterusnya. Kekhasan rasa durian ini bisa kita jual sebagai bagian dari ikon pariwisata” katanya.